
JAKARTA (Lenteratoday)-Epidemiolog Universitas Andalas Padang Defriman Djafri mengatakan cara paling mudah untuk melindungi diri dari Covid-19 varian Arcturus adalah dengan menerapkan protokol kesehatan, utamanya memakai masker dengan benar.
“Masyarakat juga harus cerdas, karena momen Idul Fitri dalam waktu dekat akan meningkatkan mobilitas dan interaksi kita, jadi cara yang paling aman itu pakai masker dengan benar, utamanya yang sudah punya gejala seperti demam, batuk, atau hidung tersumbat,” kata Defri yang dihubungi dari Jakarta, Jumat (14/4/2023).
Ia mengatakan, gejala atau symptoms varian baru XBB.1.16 atau Arcturus hampir mirip dengan varian-varian sebelumnya, untuk itu masyarakat harus tetap menerapkan protokol kesehatan dan tidak boleh menganggap bahwa Covid-19 sudah tidak ada, karena berdasarkan penelitian terbaru, ada kemungkinan terjadi infeksi terobosan dari varian Arcturus.
“Yang ditakutkan itu ada kemungkinan terjadinya infeksi terobosan, artinya bisa menembus individu yang sudah mendapatkan vaksin. Kemampuan yang dimiliki varian Arcturus ini juga sudah berkembang pesat, jadi masyarakat harus hati-hati, karena dia bisa melewati imun yang sudah kita bangun, bahkan data di pasien terbaru itu sudah divaksin sampai dosis ketiga,” kata Defri.
Defri mengatakan, untuk memastikan seberapa cepat penularan Arcturus pada pasien yang sudah divaksin, butuh lebih detail pemeriksaan dengan whole genome sequencing atau WGS, untuk memetakan bagaimana varian ini bisa masuk, juga agar sejarah (history) penularan bisa terlihat.
Sebelumnya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan mendeteksi dua pasien terinfeksi subvarian Omicron Arcturus yang sudah divaksinasi sampai dosis ketiga di Jakarta dan sudah dinyatakan sembuh.
Defri juga memberikan tips bagi masyarakat agar selalu menjaga imunitas tubuh, karena varian Arcturus mampu menghindari respon kekebalan tubuh,
“Tidak cukup vaksinasi, tentu butuh jaga imunitas tubuh, apalagi bulan puasa ini tingkatkan asupan nutrisi agar stamina tubuh tetap terjaga, selain itu protokol kesehatan lebih diketatkan lagi, utamanya pakai masker dengan benar apalagi orang yang punya gejala dan berisiko tinggi, yang mempunyai riwayat komorbid atau penyakit bawaan,” kata Defri.
Pantau Arcturus beserta pola varian lainnya
Sementara itu pakar kesehatan yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, Whole genome sequencing (WGS) atau pengurutan seluruh genom masih bermanfaat untuk memantau varian XBB.1.16 atau Arcturus beserta pola varian COVID-19 lainnya.
“Kita tahu bahwa secara umum memang ada tiga kemungkinan varian baru COVID-19, pertama base scenario seperti berbagai varian yang ada sekarang ini, kedua best scenario kalau nanti ada varian baru yang lebih lemah dan ketiga worst scenario kalau-kalau ada varian baru yang lebih ganas, mudah-mudahan tidak terjadi. Arcturus masuk dalam kategori pertama, base scenario,” kata dia di Jakarta, Jumat.
Ia membenarkan kasus Covid-19 akibat varian Arcturus memang sudah masuk Indonesia, sebagaimana yang disampaikan pemerintah pada Kamis (13/4) dan data dari GISAID.
Dalam kurun waktu tiga hari terakhir, kasus positif di Indonesia hampir mencapai 1.000 kasus dengan angka kematian kembali lebih dari dua digit.
Arcturus hingga saat ini jenis varian yang masih diawasi dan diwaspadai Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai “the next Omicron variant to watch”. Situasi terkini, Arcturus menyebabkan beberapa negara, seperti India, kembali mengalami kenaikan kasus Covid-19.
“Walau belum ada informasi resmi tentang berapa dominan Arcturus dibanding varian lain di negara kita, tetapi bukan tidak mungkin ini adalah salah satu penyebab kenaikan kasus, sebagaimana yang terjadi di negara lain,” katanya.