
SURABAYA (Lenteratoday) – Provinsi Jawa Timur memiliki wilayah pertanian yang cukup luas, bahkan untuk lahan sawah merupakan yang terluas se-Indonesia. Untuk itu, Fraksi Partai Nasdem DPRD Jatim mendorong Pemprov Jatim untuk meningkatkan produk pertanian serta mengurangi ketergantungan produk pertanian dari negara lain.
Anggota Fraksi Partai Nasdem, Deni Prasetya, mengatakan bahwa selain padi, Jatim juga memiliki potensi besar dalam bidang pertanian, diataranya adalah Jagung. Produksi jagung di Jatim juga cukup besar. Berdasarkan data BPS, produksi jagung Jatim pada tahun 2021 mencapai 6,662 juta ton PPK dari luas panen 1,230 juta Ha dengan rata-rata produktivitas sebesar 54,16 Ku/Ha. Produksi jagung Jatim tersebut berkontribusi 26,34 % terhadap nasional.
Meski demikian, lanjut Deni, produksi jagung masih bisa ditingkatkan lagi. Terlebih lagi saat ini para petani jagung masih banyak yang mengalami kendala. Kendala tersebut mulai di masalah hama hingga pupuk.
“Di sejumlah komunitas pertanian jagung, khususnya di area pertanian yang berada di area desa hutan, menghadapi sejumlah masalah kompleks mulai dari serangan hama tikus, permodalan saat tanam, input pupuk, dan jaminan harga saat panen,” kata Deni, Rabu (12/4/2023).
Untuk itu dia pun mempertanyakan sejauh mana dinas pertanian dan BUMD sector pertanian mengambil peran peran avalis untuk membantu problem-problem pertanian di masyarakat desa hutan. Sehingga, produksi dari pertanian jagung bisa lebih meningkat lagi.
Selain jatung, Deni juga menyoroti produksi bawang putih. Selama ini, Jatim masih memiliki ketergantungan produk bawang putih dari negara lain atau impor. “Sementara Jawa Timur memiliki sejumlah area pegunungan yang sangat potensian untuk dikembangkan sebagai basis produksi budidaya bawang putih agar tidak selalu tergantung pada bawang putih impor,” tandasnya.
Selain bawang putih, untuk komoditas kedalai juga masih mengandalkan dari impor. Padahal posisi kedelai sangat strategis untuk menyuplai bahan baku industri rakyat seperti industri tahu dan tempe yang menjadi makanan pokok masyarakat Jawa Timur. Sementara Jawa Timur memiliki sejumlah area pertanian yang sangat potensial untuk bisa dikembangkan sebagai basis produksi budidaya kedelai agar masyarakat Jatim tidak selalu tergangung pada kedelai impor.
Ironisnya lagi, lanjut Deni, para petani juga dihadapkan pada masalah kelangkaan pupuk, padahal pupuk memiliki peran cukup vital pada pertanian. “Seperti yang dilaporkan Serikat Petani Indonesia (SPI) bahwa lonjakan harga pupuk nonsubsidi yang mencapai 100 persen masih terus terjadi. Hal tersebut mengakibatkan kerugian bagi petani karena harga jual komoditas yang masih rendah ditingkat petani dan kenaikan harga komoditas yang tidak normal ditingkat pasar,” tandasnya.
Untuk itu dia meminta pada pemerintah agar bisa memberikan solusi terkait dengan kelangkaan pupuk bersubsidi terhasil harganya yang juga dinilai masih cukup mahal. Akibatnya, biaya produksi petani menjadi lebih besar lagi, sedangkan harga jual produk jagung masih cukup murah. (*)
Reporter : Lutfi | Editor : Lutfiyu Handi