21 April 2025

Get In Touch

Gus Irsyad, Santri yang Berjuang di Jalur Politik

Sebagai politisi santri, keseharian Gus Irsyad tak lepas dari sarung.
Sebagai politisi santri, keseharian Gus Irsyad tak lepas dari sarung.

PASURUAN (Lenteratoday) - Nama Irsyad Yusuf sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa Timur khususnya kalangan politisi. Pria yang akrab dengan panggilan Gus Irsyad ini menjabat sebagai Bupati Pasuruan untuk periode kedua. Menapakkan diri di dunia politik bukan sebuah kebetulan bagi Gus Irsyad. Bahkan, perjalanannya untuk menjadi politikus bisa dibilang cukup panjang.

Menurut bapak tiga anak ini, berpolitik bukanlah sebuah pilihan. Tetapi, merupakan perjuangan. Di mana, menurutnya berjuang untuk kepentingan agama, NU dan juga termasuk para santri serta untuk masyarakat dan bangsa tidak cukup hanya di organisasi kemasyarakatan atau keagamaan. Karena, di negeri ini untuk ikut menentukan kebijakan negara salah satunya melalui jalur politik.

Gus Irsyad yang pernah nyantri di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Pandaan, kemudian di Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar, Jombang yang didirikan oleh buyutnya, K.H. Bisri Syansuri, maka dia sangat terdorong untuk menjadi politisi santri.

Menurutnya, politisi santri jangan diartikan sebagai sosok politisi yang memakai sarung. Namun lebih dari itu, politisi santri adalah politisi yang mengetahui banyak tentang ilmu agama, bahkan pendidikan di pesantren juga mempengarui gaya politiknya. Sehingga tingkah laku dan ucapannya mencerminkan kesantrian. Bahkan, kebijakan-kebijakan yang dihasilkan berpihak terhadap santri.

“Berpolitik bagian dari cara kita ikut berjuang dan berhikmat. Dalam rangka memperjuangkan kepentingan para santri, NU, agama, dan lain sebagainya,” jelasnya.

Sebagai seorang politisi, Gus Irsyad sudah banyak menelurkan kebijakan atau program bagi dunia pesantren. Salah satunya tentang kebijakan di DPR, bagaimana pemerintah semestinya memberikan perhatian kepada pesantren.

Kemudian, bentuk kongkret kebijalan yang telah dibuat selama jadi bupati, diantaranya program Wak Muqidin alias Wayahe Kumpul Mbangun TPQ lan Madin. Juga memberikan kesempatan kepada guru TPQ dan madrasah diniyah untuk meningkatkan pendidikan. Melalui program beasiswa guru madrasah diniyah. “Ada juga dukungan sarana prasarana pendidikan di pondok pesantren," terangnya.

Ia berharap banyak alumni pesantren yang terjun ke duania politik. Santri sudah dibekali dasar-dasar bagaimana berpolitik yang santun dan berpolitik yang baik. Sebab, berpolitik merupakan siyasah untuk menata menjadikan lebih baik.

“Bukan kemudian pesantren yang dipolitisasi. Karena pesantren ini sebelum merdeka sudah ada. Ini konsep pendidikan yang luar biasa. Saya menentang jika ada politisasi pesantren. Artinya, kalau ada apa-apa, pesantren yang ditarik-tarik. Justru sebaliknya, politisi harus memperjuangkan kemajuan pesantren," jelasnya.

Lantas, bagaimana kisah perjalanan Gus Irsyad dalam penapaki dunia politik? Dia mengisahkan bahwa karir politiknya bukan sebuah kebetulan. Namun, semua itu penuh dengan perjuangan. Gus Irsyad mengawali karir politiknya di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada 1998. Bermula menjabat sebagai pengurus ranting Kelurahan Purwosari, Kabupaten Pasuruan. Ketika menjadi pengurus ranting PKB, ia juga dipercaya menjadi panitia pemilihan suara tingkat kelurahan. Pada saat itu, penitia pemilihan suara diambilkan dari partai politik.

Dalam perjalanan itu, karir politiknya terbilang moncer. Dia dipercaya menjabat sebagai wakil ketua ranting PKB, kemudian pada 2002 dipercaya menjabat ketua PAC PKB Purwosari. Nah, dalam pemilu 2004, Gus Irsyad didorong oleh PKB untuk mencalonkan diri sebagai calon legislatif (caleg). Hasilnya, dia terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Pasuruan. “Saya diberi kesempatan oleh partai untuk maju jadi anggota dewan. Alhamdulillah terpilih,” katanya.

Selama periode pertama menjadi dewan, Gus Irsyad hanya sebagai anggota. Namun, setelah lolos pada pemilu legislatif perioede pada 2009, Gus Irsyad dipercaya menjadi ketua DPRD Kabupaten Pasuruan berdasarkan perintah dari partai. “Saya baru menjadi ketua DPC PKB pada 2010. Jadi, karir saya memang dari bawah dan tidak begitu saja,” terangnya.

Lebih lanjut dia menceritakan bahwa mocernya karir politiknya itu tidak lepas dari peran Nahdlatul Ulama (NU). Betapa tidak, selama ini ia mengabdikan diri di NU sejak remaja. Saat it, ia masuk masuk dalam badan otonom Ikatan Pelajar Nahdltul Ulama (IPNU). Bahkan, hingga kini tetap aktif dan berkhidmat NU. Baik di badan otonom maupun di NU.

“Filosofi pengkaderan saya menjadi pemimpin, ketua partai, ketua dewan, dan menjadi bupati sampai saat ini ya di Nahdlatul Ulama,” ujar Waka Satkornas Banser ini.

Maka, tak berlebihan jika ia mengatakan kalau kesuskesan karir politiknya tidak lepas dari barokah pengabdian di NU, bukan karena dirinya pribadi. Gus Isryad, juga mengakui bahwa dirinya bukan kader yang terbaik.

“Saya penganut dan paling percaya terhadap barokah. Siapa yang memberikan barokah itu, ya NU secara organisasi, kemudian para senior saya. Yang paling penting adalah senior-senior memberikan kepercayaan kepada saya. Tak terkecuali doa guru, alim ulama, dan orang tua,” jelasnya. (*)

Reporter : Lutfi/Rls | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.