
MALANG (Lenteratoday) – Keberadaan pasar takjil di Jalan Soekarno-Hatta (Suhat) tentu tak terlepas dari risiko kemacetan yang harus dihadapi setiap tahun. Di lain sisi, banyak masyarakat, terkhusus para pedagang UMKM yang berharap adanya pendapatan melalui pasar setahun sekali, di bulan Ramadan ini.
Salah satu pedagang es cincau di pasar tersebut, Yani, mengatakan bahwa pihaknya selalu memanfaatkan momen Ramadan ini untuk berjualan setiap tahunnya. “Saya tiap puasa mesti jualan di pasar Ramadan ini. Mulai dari yang awalnya gratis sampai sekarang bayar 300 ribu ke tukang parkir untuk 1 bulan. Alhamdulillah pemasukannya lumayan, meskipun memang baru 3 hari ini tapi alhamdulillah, ramai,” ujar Yani, saat ditemui langsung di lokasi berjualan, Sabtu (25/3/2023).
Yani menambahkan, pihaknya berjualan mulai pukul 14.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB. Disinggung tentang kemungkinan adanya relokasi pasar takjil ke lokasi yang tidak mengganggu arus lalu lintas, Yani mengaku tidak setuju. Sebab, menurutnya kawasan Soekarno-Hatta Kota Malang tersebut merupakan wilayah strategis.
“Kalau bisa ya jangan (dipindah). Karena di sini sudah tiap tahun, enak juga tempatnya,” tutur Yani.
Sejalan dengan Yani, salah satu pedagang jajanan pisang nugget juga mengaku meraup untung yang lumayan dengan adanya pasar takjil Suhat. Namun, perempuan yang enggan disebut namanya tersebut tidak ingin berkomentar terkait kemungkinan relokasi pasar takjil Suhat.
Di sisi lain, salah satu pengguna jalan yang kedapatan sedang menepi, David, mengatakan, pihaknya cukup terganggu dengan kemacetan yang ditimbulkan dari adanya Pasar Takjil Suhat. “Iya (terganggu) apalagi pas saat keadaan pulang kerja, sore hari, kan capek. Tapi malah harus dihadapkan dengan kemacetan seperti ini,” tegas David.
Dampak kemacetan juga dirasakan oleh pengendara roda 2 lainnya, Roisyah, sedikit berbeda dengan pengguna jalan sebelumnya. Rois lebih menyoroti tidak adanya pembatas jalan, sehingga para pembeli dianggap terlalu menerobos area badan jalan.
“Kalau pedagangnya mungkin sudah agak dipinggir. Tapi ini kan gak ada pembatasnya, pembeli jadi ke tengah, sebenarnya kita juga takut kalau nyrempet, jadi gak harus hati-hati kalau lewat sini,” jelasnya.
Terlepas dari penyataan kontra. Salah satu pengguna jalan, Ahmad justru menganggap wajar adanya kemacetan yang ditimbulkan di wilayah tersebut. Sebab menurutnya pasar takjil di kawasan Suhat ini tidak terjadi sepanjang hari. “Biasa saja kalau saya. Ya memang ini tradisinya. Malah kan ini bisa jadi trend setter tersendiri kalau Ramadan pasti ada pasar takjil disini,” seru Ahmad.
Sementara itu, ditemui pada kesempatan berbeda, Wali Kota Malang, Sutiaji, menyampaikan bahwa pihaknya membebaskan adanya pasar takjil di Kota Malang. Namun, pria yang menduduki kursi N1 ini memberikan catatan, agar para pedagang tersebut tidak mengganggu aktivitas pengguna jalan lainnya.
“Ya kalau takjilnya kan bebas, boleh. Ya intinya jangan sampai mengganggu orang lain. Sepanjang itu bisa, jangan sampai mengganggu. Tapi diaturan kami kalau bisa memang intinya ini bukan membatasi UMKM. Intinya monggo, asal gak mengganggu pengendara atau pengguna jalan yang lain,” ujar Wali Kota Malang tersebut.
Berdasarkan pantauan di lapangan, kawasan Pasar Takjil Soekarno-Hatta nampak dipadati oleh puluhan pedagang dan ratusan pembeli. Namun disisi lain, hal tersebut menimbulkan kemacetan yang cukup panjang mulai dari Taman Krida Budaya hingga jembatan Soekarno-Hatta. Selain itu, momen pasar takjil ini juga dijadikan ajang bagi pengemis dan pengamen untuk mengais rezeki. (*)
Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi