20 April 2025

Get In Touch

IMF Peringatkan Kondisi Utang Memburuk

IMF Peringatkan Kondisi Utang Memburuk

JAKARTA (Lenteratoday)-Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memperingatkan negara-negara di dunia terkait tingginya tekanan utang tahun ini. Mereka melihat adanya risiko penurunan ekonomi global, meskipun perekonomian global diproyeksi naik menjadi 2,9 persen tahun ini.

Berdasarkan laporan World Economic Outlook edisi Januari 2023 yang diterima Rabu (1/2/2023), IMF menyebut kondisi kesehatan yang parah di China dapat menghambat pemulihan ekonomi global. Tak hanya itu, konflik Rusia-Ukraina yang belum juga reda dapat menyulitkan pembiayaan dan berujung pada meningkatnya tekanan utang (debt distress).

Tekanan utang merupakan kondisi di mana suatu negara tidak mampu membayar utangnya, sehingga membutuhkan keringanan atau restrukturisasi dari pemberi pinjaman (kreditur) maupun IMF. "Sisi negatifnya, kondisi kesehatan yang parah di China dapat menghambat pemulihan, perang Rusia di Ukraina dapat meningkat, dan kondisi pembiayaan global yang lebih ketat dapat memperburuk tekanan utang," seperti dikutip dari laporan IMF.

Secara rinci, IMF menjelaskan bahwa sebenarnya tekanan utang pada negara berkembang mulai menurun, didorong oleh pelonggaran kondisi keuangan global serta melemahnya dolar AS. IMF memproyeksi, sekitar 25 persen ekonomi negara berkembang berisiko tinggi mengalami kesulitan untuk melunasi utang.

Sementara untuk negara berpenghasilan rendah, diperkirakan ada 15 persen yang mengalami tekanan utang. Selain itu ada tambahan 45 persen pada negara miskin yang berisiko tinggi mengalami kesulitan membayar utang.

"Kombinasi tingkat utang yang tinggi akibat pandemi, pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, dan biaya pinjaman yang lebih tinggi, memperburuk kerentanan ekonomi ini, terutama yang membutuhkan pembiayaan dolar jangka pendek yang signifikan," tulis IMF.

Dengan kondisi moneter global yang lebih ketat dan pertumbuhan yang lebih rendah, hal ini dinilai akan mempengaruhi stabilitas keuangan dan utang. Untuk itu, IMF meminta negara-negara untuk memperkuat kebijakan makroprudensial dan restrukturisasi utang.

Selain itu, dukungan fiskal diminta untuk lebih mengutamakan masyarakat rentan, yang paling terkena dampak dari kenaikan harga pangan dan energi. IMF juga meminta negara-negara untuk mulai menarik sejumlah bantuan fiskal yang selama ini banyak digelontorkan saat pandemi.

"Kerja sama multilateral yang lebih kuat sangat penting untuk mempertahankan keuntungan dan untuk memitigasi perubahan iklim dengan membatasi emisi dan meningkatkan investasi hijau," demikian laporan IMF. (*)

Reporter:wid,rls |Editor:widyawati

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.