
SURABAYA (Lenteratoday) – Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menjadi perhatian khusus saat pelaksanaan istighosah dan doa bersama di Kantor DPD PDIP Jatim, Kamis (26/1/2023). Pasalnya nama Eri Cahyadi disinggung sebagai calon Gubernur.
Bahkan, KH Said Aqil Siraj, Penasihat Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) dan juga mantan ketua umum PBNU ini mendoakan semoga Eri Cahyadi menjadi gubernur, meski tanpa disinggung gubernur mana. “Saya doakan Eri Cahyadi menjadi calon gubernur dan menang,” kata Kiai Said, yang langsung diamini seluruh kader yang hadir.
Tak hanya itu, perhatian terhadap Eri Cahyadi ini juga terjadi ketika Ketua DPD PDIP Jatim, Kusnadi, memberikan potongan tumpeng pada Eri Cahyadi. Terlebih lagi, Nama Eri mulai masuk papan atas dalam sejumlah survei oleh lembaga riset independen.
Pemberian potongan tumpeng saat istighosah dan doa bersama dalam dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-50 PDI Perjuangan dan HUT ke-76 Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri pada Eri Cahyadi ini tidak ada yang menduga sebelumnya. Secara tiba tiba, Kusnadi langsung memanggil Eri Cahyadi dan memberikan potongan tumpeng padanya.
Sebelum potongan pertama tumpeng itu diberikan, pembawa acara berulangkali berucap nanti akan ada pemberian potongan tumpeng kepada salah seorang kader PDI Perjuangan. Namun saat berucap itu, ia tak menyebut nama Eri Cahyadi. Sang pembawa acara hanya bilang kader yang akan diberikan potongan tumpeng itu adalah kader yang luar biasa, kader yang berprestasi dan kader yang hebat.
Pemberian potongan tumpeng pada Eri Cahyadi ini langsung mendapat sambutan tepuk tangan dari semua peserta yang hadir, termasuk jajaran DPD PDIP Jatim, di antaranya Sekretaris DPD PDIP Jatim Sri Untari Bisowarno, kemudia ada juga Pj Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi dan lainnya.
Seusai acara, ketika ditanya apakah pemberian potongan tumpeng pertama adalah bentuk dukungan PDIP Jatim ke Eri untuk maju Pilgub, Sekretaris DPD PDIP Jatim Sri Untari Bisowarno menjawabnya dengan diplomatis.
“Interpretasi publik tentu beragam. Silakan dipersepsikan seperti apa. Tapi intinya ini bentuk apresiasi kepada salah seorang kader PDI Perjuangan yang berprestasi, yang mampu meningkatkan kesejahteraan warganya. Surabaya kan tambah keren,” ujar Sri Untari tersenyum.
Untari juga tidak menampik jika nantinya Eri Cahyadi ada potensi untuk diusulkan menjadi calon Gubernur. Namun demikian, kebijakan siapa yang akan diusung sebagai calon gubernur berada di bawah kewenangan Ketua Umum DPP PDIP, Megawari Soerkarnoputri.
“Semua punya potensi, semua kader kader PDI Perjuangan punya potensi. Nanti akan kita lihat kan ada data agregat survey dan sebagainya, lalu dukungan dari masyarakat dan sebagainya, nanti akan kesana. Tapi kita pileg dulu, Surabaya bagaimana kondisinya,” tandasnya.
Ketua Fraksi PDIP di DPRD Jatim ini juga mengatakan bahwa Eri Sebagai maskot Surabaya peninggalan Tri Rismaharini yang masih tetap bagus dari layak untuk mendapatkan apresiasi. “Kan ini ibu kota Provinsi, maka kita berikan apresiasi saat beliau rawuh disini kita berikan pada wali kota,” tandasnya.

Di satu sisi, Eri Cahyadi mengaku kaget sekaligus bangga saat mencapatkan potongan pertama tumpeng HUT PDI Perjuangan tersebut. “Saya persembahkan potongan tumpeng ini kepada seluruh kader PDI Perjuangan dan semua warga Surabaya. Sebab tanpa warga yang luar biasa dan hebat, Surabaya tidak bisa apa-apa,” kata Eri.
Dalam momen itu, Eri juga meminta doanya agar bisa memimpin Surabaya menjadi kota yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. “Saya memohon doanya agar Surabaya menjadi kota yang luar biasa. Saya optimistis bisa membawa Surabaya hebat, karena warganya sangat luar biasa,” pungkasnya.
Sementara itu Eri Cahyadi menanggapi pemberian potongan tumpeng tersebut merupakan pemberian semangat padanya sebagai kader PDI Perjuangan untuk bisa membuat PDI Perjuangan seperti yang dipesankan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan. “Untuk selalu membumi pada masyarakat, untuk menangis, tersenyum bahagia dan tertawa bersama masyarakat. Sehingga potongan tumpengnya ini saya berikan pada warga Surabaya, apresiasinya pada warga Surabaya untuk selalu kita bersama sama membangun yang terbaik di kota Surabaya,” katanya saat ditemui setelah acara.
Namun ketika disingung sebagai salah satu nama yang akan muncul di Pilgub, dia dengan tegas mengatakan tidak mikir masalah Pilgub, termasuk Pilwali dan lainnya. Dia menandaskan hari ini hanya ingin mewujudkan pesan dan sang ayah handanya agar bisa berbuat baik untuk ummat manusia supaya tindakan tersebut bisa menerangi makam ayah handanya.
“Sehingga hari ini saya hanya satu berjuang bagaimana masyarakat Surabaya bisa bahagia bisa sejahtera jadi tidak mikir yang lainnya. Yang kedua, saya sudah ditugaskan sebagai kader partai PDI Perjuangan oleh ibu Ketua Umum, wis gak mikir Pilwali-pilwalian, gak milik pilkada, gak mikir pilgub, bagaimana beliau memerintahkan pada saya harus menghilangkan stunting, harus menghilangkan kemiskinan, harus menghilangkan pengangguran dan semuanya adalah untuk rakyat Surabaya, itu yang saya pegang,” tandasnya.
Eri juga mengatakan bahwa apa yang dilakukan dan dalam pikirannya itu sejalan dengan apa yang disampaikan oleh KH Said Aqil Siroj yang mengatakan bagaimana seorang pemimpin harus memiliki Ghimmah, yaitu bertujuan supaya di Surabaya tidak ada lagi warga yang menangis karena kemiskinan, tidak lagi yang putus sekolah, tidak ada yang menangis karena kekurangan yang ada di kota Surabaya.
“Sehingga saya akan fokus kesana, semua yang akan saya lakukan seperti yang disampaikan Kiai Said Aqil Siroj maka semuanya tidak berfikis Pil-pilan tapi Gusti Allah sing mentokno, percoyo karo takdir. Jadi hari ini saya hanya konsentrasi untuk warga Surabaya,” sambungnya lagi.
Sementara itu, KH Said Aqil Siroj menandaskan bahwa semua orang memiliki hawa nasfu untuk menjadi pemimpin. Namun, ketika nafsu untuk menjadi pemimpin itu dibarengi dengan niat yang baik untuk mensejahterakan masyarakat, dan dilakukan dengan cara yang baik serta berada di Jalan Allah maka keinginan itu menjadi Ghimmah.
Dia juga menyinggung bahwa dalam berpolitik tidak ada kaitannya dengan agama, termasuk agama Islam. Sehingga, lanjutnya dia menandaskan tidak ada politik identitas karena dalam berpolitik semua sama sama punya hak. “Dalam islam tidak menyebutkan negara harus berbentuk seperti apa, apakah kerajaan, kesultanan, republik dan lainnya. Dalam islam tidak menyebut itu,” katanya. (*)
Reporter : Lutfi | Editor : Lutfiyu Handi