
ANKARA (Lenteratoday)-Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan dengan tegas menolak mendukung Swedia menjadi anggotaan NATO. Pernyataan ini disampaikan buntut dari pembakaran Al-Quran di dekat gedung Kedutaan Besar Turkiye di Swedia pekan lalu. Aksi provokatif itu dilakukan politikus sayap kanan Denmark Rasmus Paludan.
"Mereka yang mengizinkan penistaan agama seperti itu di depan kedutaan kami tidak dapat lagi mengharapkan dukungan kami untuk keanggotaan NATO mereka," kata Erdogan dalam pidato setelah rapat kabinet seperti yang dikutip AFP, Selasa (21/1/2023).
"Jika Anda sangat mencintai anggota organisasi teroris dan musuh Islam dan melindungi mereka, maka kami menyarankan Anda untuk meminta dukungan mereka demi keamanan negara Anda," tambahnya.
Tindakan membakar Al-Quran dilakukan Paludan karena ia menilai Erdogan telah mempengaruhi kebebasan berekspresi di Swedia.Kejadian ini bukan kali pertama dilakukan oleh Paludan. Sebelumnya, Paludan bertindak serupa pada April 2022 lalu di titik-titik lokasi yang banyak dihuni oleh warga Muslim.
Respons keras Erdogan tidak mau dikomentari banyak oleh Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billstrom. Ia hanya mengatakan memahami sikap yang diambil Erdogan.“Tetapi Swedia akan menghormati kesepakatan yang ada antara Swedia, Finlandia dan Turkiye mengenai keanggotaan NATO kami,” kata Billstrom.
Swedia dan Finlandia telah mendaftar untuk bergabung dengan NATO sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun lalu. Namun untuk dapat diterima keanggotaannya, kedua negara harus mengantongi izin dari seluruh anggota yang berjumlah 30 negara termasuk Turkiye.(*)
Sumber:AFP | Editor:widyawati