
JOMBANG (Lenteratoday) – Puluhan hektare lahan tanaman padi di Desa Kedungbetik, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang terendam banjir, Rabu (18/1/2023). Kejadian tersebut merugikan para petani yang telah menghabiskan uang jutaan rupiah untuk padi yang baru ditanam dua bulan tersebut
Rata-rata kerugian mencapai Rp 9 juta per hektare. Kerugian meliputi tenaga kerja, bibit, pupuk, biaya tanam. Padi jelas mati, sehingga harus menanam ulang.
“Itu belum termasuk sewa lahan bagi yang tidak punya lahan. Padahal biaya tersebut rata-rata kami peroleh dari utang bank,” kata Farizal Asro, petani asal Desa Kedungbetik, Kecamatan Kesamben.
Petani usia 41 tahun menjelaskan, banjir menerjang area persawahan tersebut bermula ketika hujan deras dua hari belakangan ini. Air yang meluap tersebut kemudian memasuki area persawahan. Padi yang mulai tumbuh akhirnya terendam.
Puluhan hektare sawah tersebut berubah bak lautan. Sepanjang mata memandang hanya hamparan air. “Lahan pertanian milik saya setengah hektare lebih. Umurnya tanaman padi masih satu setengah bulan,” lanjutnya.
Asro berharap, pemerintah setempat segera melakukan pengerukan saluran irigasi. Karena melubernya air sungai di area persawahan Desa Kedungbetik dipicu pendangkalan sungai atau saluran irigasi.
Karena tanaman padinya rusak dihajar banjir, petani muda ini berencana melakukan tanam ulang ketika air sudah surut. Namun untuk melakukan tanam ulang membutuhkan biaya tidak sedikit. “Harus tanam ulang, namun kami sudah tidak punya biaya lagi,” keluhnya.
Asro mengatakan, total sawah yang terendam banjir di Kecamatan Kesamben sedikitnya mencapai 60 hektare. Menurutnya, ada tiga dusun di Desa Kedungbetik yang area persawahannya diterjang banjir. Yakni, Dusun Kandangsapi, Kedungmacan, serta Dusun Karanganyar. (*)
Reporter: Sutono/Gatot Sunarko | Editor : Lutfiyu Handi