20 April 2025

Get In Touch

Kurangnya Informasi Terkait Covid-19, Memunculkan Stigma dan Prasangka

Kurangnya Informasi Terkait Covid-19, Memunculkan Stigma dan Prasangka

Surabaya- Stigma sosial menjadi satu fenomena sosial yang saatini muncul di tengah wabah Covid-19dan cukup memperparah situasi pandemi ini. Beberapa kejadian penolakanjenazah perawat yang meninggal akibat Covid-19 di Semarang, JawaTengah dan wilayah lainnya.Meski kerap disebut sebagai garda terdepan, para dokter, perawat dan tenagakesehatan lainnya yang menangani pasien Covid-19 justru mendapatstigma sosial dan diskriminasi. Telah banyak kasus dimana tenaga kesehatantidak diperbolehkan masuk di perumahan atau kampung tempat tinggalnya karenadikhawatirkan mampu menularkan virus Covid-19.

Dalam hal ini, pakarPsikologi Sosial, Dr. Andik Matulessy, M.Si., Psikolog, menyayangkan haltersebut. Menurutnya, kemunculan stigma sosial dikarenakan seseorang ataukelompok masyarakat memiliki pengetahuan yang kurang memadai terkait virusCorona. “Info penularan, cara penularan, hal-hal seperti itu kurang mendapatinformasi dan inilah yang menyebabkan munculnya stigma,” paparnya melaluisambungan telepon, Rabu (29/4). Lebih lanjut Andik menjelaskan, stigmamerupakan bagian dari prasangka dan orang yang berprasangka akan merujuk padaperlakuan diskriminasi pada orang lain.

Dosen Fakultas PsikologiUntag Surabaya itu juga menyebutkan bahwa sikap dan perilaku masyarakat saatini tergantung pada informasi yang didapat. Olehnya, sangat penting memilih danmemilah informasi yang diterima. Penerimaan informasi ini juga erat kaitannyadengan imunitas. Andik menjelaskan apabila seseorang mendapat informasinegatif, hal tersebut semakin meningkatkan kecemasan dan kekhawatirannyasehingga memudahkan seseorang memiliki stigma pada orang lain yang terkaitdengan Covid-19.“Kalau terlalu takut dan cemas, serta berpikir negatif terus menerus malahmenurunkan imunitas. Padahal untuk Covid-19 ini yang dibutuhkan adalahimunitas,” tutur Andik.

Melihat darisisi lainDr. Dyan Evita Santi, M.Si., Psikolog, melihat adanya stigma sosial inimenyebabkan masyarakat yang mengalami gejala atau bahkan dinyatakan positif Covid-19, memilih untukmenyembunyikan hal tersebut. Hal ini dikarenakan melihat adanya diskriminasiyang diterima. Padahal hal ini justru berbahaya karena mampu mempercepatpenularan. “Kita berupaya bahwa apabila ada stigma yang seperti ini adalahsalah dan kita cegah mulai dari diri sendiri dan menularkan pada lingkungansekitar kita,” terang Dyan saat diwawancara pada waktu yang berbeda, Kamis(30/4). Dalammenghilangkan stigma sosial pada Covid-19 ini dimulai dari pencarianinformasi yang aktual dan kredibel. Selain itu, empati yang tinggi jugadibutuhkan dalam masa pandemi ini. “Rasa empati ini saya rasa harus kita milikidalam situasi apapun. Tidak harus saat pandemi seperti ini, setiap hari empatimerupakan softskill yang harus kita miliki. Apalagi saat seperti ini,” jelasnya.

Selain itu, media massamemiliki peran penting dalam mengurangi stigma sosial yang ada. Menurut Dyan,apabila media mampu memberikan pemberitaan yang baik akan merubah cara pandangmasyarakat jauh lebih baik terhadap hal-hal terkait virus corona. “Media harusbetul-betul memiliki etika yang baik, mengedukasi yang baik. Seperti penggunaanbahasa yang digunakan hingga membentuk opini masyarakat agar memandang penyakitini dengan lebih positif,” terang Dyan. Diskusi mengenai Stigma Sosial inilebih lanjut terbahas pada Webinar bertema “Stigma dan Prasangka Terkait Covid-19” yangdiselenggarakan oleh Fakultas Psikologi Untag Surabaya, Minggu dan Senin(3-4/5) mendatang.(ist)

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.