
SURABAYA (Lenteratoday) - Meski makin meningkat, literasi keuangan masyarakat Indonesia masih akan menjadi Pekerjaan Rumah (PR) besar bagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Tak jarang, kurangnya pengetahuan terhadap inklusi keuangan menimbulkan masalah.
"Ada masyarakat yang sudah menjadi menjadi nasabah lembaga keuangan, tetapi belum paham tentang inklusi keuangan. Hal ini yang menyebabkan timbulnya investasi bodong, terjebak pinjaman online ilegal. Ini menjadi PR kita bersama," ujar Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) 2 dan Manajemen Strategis OJK Regional 4 Jatim, Dedi Patria, Jumat (16/12).
Sebelumnya OJK merilis hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 yang menunjukkan adanya peningkatan indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat.Hasil SNLIK tahun 2022 menunjukkan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 49,68 persen dan inklusi keuangan sebesar 85,10 persen. Nilai ini meningkat dibanding hasil SNLIK 2019 yaitu indeks literasi keuangan 38,03 persen dan inklusi keuangan 76,19 persen.
Ia mengharap seluruh elemen jasa keuangan termasuk perbankan memiliki komitmen edukasi literasi yang dapat menjangkau masyarakat luas. Sebabjasa perbankan merupakan jasa yang paling banyak di gunakan."Kita berharap semua lembaga keuangan, tak hanya perbankan itu literasi nya terus ditingkatkan." tambahnya disela mengisi acara salah satu perbankan di Surabaya.
Di Jatim survei yang dilakukan OJK setiap tiga tahunnya masyarakat Jawa Timur memiliki tingkat inklusi keuangan lebih tinggi dari rerata nasional."Hasil survei, Jatim lebih tinggi dari nasional. Kalau nasional nilainya 47% kalau di Jatim sudah diatas 53%. Dan inklusi kita mencapai 92,99%. Jadi masyarakat Jatim lebih dari rata-rata nasional," tandasnya.(*)
Reporter: Miranti Nadya | Editor:Widyawati