20 April 2025

Get In Touch

Butuh Dana Rp7.797 Triliun untuk Pembiayaan Negara Miskin

Ilustrasi uang.
Ilustrasi uang.

JAKARTA (Lenteratoday) - Negara-negara berpenghasilan rendah atau negara miskin setidaknya membutuhkan hampir USD500 miliar atau setara Rp7.797 triliun untuk pembiayaan eksternal selama periode 2022-2026.

Dana Moneter Internasional (IMF) mengungkapkan jumlah tersebut meningkat sekitar USD57 miliar dari perkiraan tahun lalu karena sebagian besar limpahan dari perang Rusia di Ukraina.

Mnegutip dari okzone.com, IMF dalam makalah kebijakan barunya mengungkapkan bahwa perang Ukraina, membawa dampak buruk pada inflasi khususnya pada kenaikan harga pangan, energi dan pupuk global. Kondisi tersebut akan memperlambat pemulihan negara-negara berpenghasilan rendah.

Terlebih lagi sebelumnya ada guncangan pandemi Covid-19 yang membuat semua negara terlebih negara berpenghasilan rendah makin terpuruk. Dan, lebih lanjut menunda pendapatan per kapita konvergensi dengan ekonomi yang lebih maju.

IMF mengatakan posisi fiskal negara-negara berpenghasilan rendah semakin tertekan karena pemerintah menggenjot pengeluaran untuk mengatasi dampak pandemi dan perang di Ukraina, dan untuk melindungi mereka yang rentan dari harga pangan dan bahan bakar yang tinggi. Akibatnya, kerentanan utang telah meningkat.

Dikatakan pertumbuhan pada 2022 di negara-negara tersebut telah kehilangan momentum. Sementara percepatan inflasi yang cepat telah melebarkan defisit fiskal. Demikian dikutip dari Antara, Jumat (9/12/2022).

China telah menjadi kreditor bilateral terbesar di dunia dalam beberapa tahun terakhir, menuai kritik yang meningkat dari negara-negara Barat karena keengganannya untuk memberikan keringanan utang kepada negara-negara berkembang yang tertekan.

Prakiraan terbaru IMF datang sehari setelah Bank Dunia mengeluarkan laporan baru tentang meningkatnya beban utang untuk negara-negara termiskin di dunia, memprediksi bahwa mereka sekarang akan membelanjakan lebih dari sepersepuluh dari pendapatan ekspor mereka USD62 miliar untuk melayani utang bilateral eksternal, proporsi tertinggi sejak 2000.

IMF mengatakan bahwa kebutuhan pendanaan eksternal 2022-2026 untuk negara-negara berpenghasilan rendah yang bertujuan mengatasi warisan pandemi Covid-19, mempercepat pertumbuhan pendapatan yang terhenti, dan membangun kembali penyangga eksternal akan berjumlah sekitar USD440 miliar, hampir sama dengan perkiraan satu tahun lalu untuk periode 2021-2025.

Tetapi tambahan kebutuhan pendanaan 2022-2023 yang dipicu oleh perang Ukraina akan membuat totalnya menjadi setidaknya USD97 miliar. (*)

Reporter : Lutfi | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.