
SURABAYA (Lenteratoday) -Pengolahan sampah melalui metode Reduce, Reuse, Recycle (3R) seringkali hanya berhenti sampai di tahap reuse. Hal tersebut mendorong Tim Phoelos untuk melahirkan inovasi Foodwaste Recycle (FORE) demi mewujudkan pengolahan sampah yang optimal.
Tim Pholeos sendiri beranggotakan tiga orang mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), yang terdiri dari Fathan Dikha Muttaqin, Nailah Fiorenza Fitriyah, serta Mochammad Zharif Asyam. Dibersamai dengan bimbingan Putu Gde Ariastita, berhasil meraih medali perunggu pada ajang Gemastik XV di Universitas Brawijaya, Malang.
Salah satu anggota tim, Nailah Fiorenza Fitriyah, menyampaikan bahwa inovasi ini turut mendorong terciptanya kerjasama antara pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam pengolahan sampah. Menurutnya, selama ini kerjasama dalam pengolahan sampah masih belum jelas dan sistematis.
"Kurangnya kerja sama antara ketiga pihak tersebut menyebabkan proses pengolahan sampah menjadi kurang optimal,” ujarnya (5/12/2022).
Lebih lanjut, ia mengungkapkan masih banyak dijumpai sampah-sampah tertumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Tentunya, hal tersebut akan berdampak buruk terhadap lingkungan maupun kesehatan.
Di sisi lain, anggota kelompok lainnya, Mochammad Zharif Asyam, menyampaikan bahwa inovasi ini tidak mengubah sistem yang sudah ada, melainkan lebih mengoptimalkannya. Sampah yang menumpuk di TPA akan diolah oleh pemerintah ataupun pihak swasta menjadi pupuk atau pakan ternak.
Nantinya, produk yang dihasilkan tersebut akan dipromosikan dan didistribusikan melalui e-commerce. Bagi masyarakat yang menggunakannya, akan mendapatkan reward berupa poin yang dapat ditukar dengan uang.
"Pengguna akan mendapat timbal balik berupa poin yang dapat ditukarkan menjadi uang,” katanya.
Serangkaian sistem tersebut diharapkan mampu mengimplementasikan konsep ekonomi sirkular. Sehingga, perekonomian dan sumber daya alam dapat sama-sama berkelanjutan.
Reporter: Azifa Azzahra,Rls|Editor: Arifin BH