
JAKARTA (Lenteratoday) - Presiden Cina Xi Jinping dan Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri (PM) Arab Saudi Mohammed Bin Salman (MBS) dijadwalkan akan bertemu pada Selasa (6/12/2022) besok. Hal ini terjadi tatkala Riyadh mengalami hubungan yang memburuk dengan rival Clî huina, Amerika Serikat (AS).
Dalam laporan Reuters, Xi sendiri akan bertemu figur yang juga dikenal dengan nama MBS itu dalam pertemuan puncak China-Arab. Selain Saudi, akan ada juga pemimpin dari negara Timur Tengah dan Afrika Utara yang hadir.
Analis menilai langkah ini diambil MBS untuk menavigasi tatanan global yang terpolarisasi. Saudi juga dirasa telah menilai China sebagai mitra yang diperlukan dalam situasi dunia yang terpolarisasi ini.
"Riyadh bekerja sesuai dengan perhitungan strategis yang harus mengakomodasi Beijing, karena sekarang merupakan mitra ekonomi yang sangat diperlukan," kata kepala penelitian Timur Tengah dan Afrika Utara di Eurasia Group, Ayham Kamel, dikutip Senin (4/12/2032).
Sejauh ini, Saudi sendiri terus memperdalam hubungannya dengan Cina. Negara Petrodollar itu terus menjadi eksportir utama minyak ke Beijing.
Cina juga telah melobi Saudi. Ini menerima Yuan sebagai mata uang dalam perdagangan.
Di sisi lain, hubungan antara Saudi dan AS sendiri mulai rusak saat Presiden AS Joe Biden menuduh MBS berada di balik pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Kemudian, hubungan kedua negara kembali memanas saat MBS menolak permintaan Washington untuk menambah produksi minyaknya.
Meskipun AS tetap menjadi mitra pilihan bagi negara-negara Teluk dalam persoalan keamanan, Riyadh telah memetakan kebijakan luar negeri yang melayani transformasi ekonomi nasionalnya apalagi dengan situasi dunia yang berpaling dari minyak.
"Tentu saja ada risiko bahwa memperluas hubungan dengan Cina menjadi bumerang dan mengarah pada perpecahan (lebih lanjut) dalam hubungan AS-Saudi… tetapi MBS tentu saja tidak mengejar ini karena dendam," kata Kamel.
Mengutip data Mercator Institute for Cina Studies dari Jerman, jumlah kerja sama antara Cina dan Saudi mencapai US$ 65 miliar (Rp 975 triliun) di 2020. Dengan AS-Saudi yang hanya US$ 20 miliar (Rp 300 triliun).
Cina sudah jadi pemain utama di proyek-proyek besar Timur Tengah. Seperti di proyek kereta cepat Jeddah-Madinah juga di Ras Al-Khair Maritime Complex.(*)
Sumber:Reuters,ist /Editor: widyawati