
SURABAYA (Lenteratoday) - Seiring dengan musim hujan dan potensi bencana yang cukup tinggi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur mengajak pada semua lapisan masyarakat untuk membangun kemandirian menghadapi bencana.
Ajakan tersebut dilakukan dalam Sosialisasi Penanggulangan Bencana, di Galeri Dewan Kesenian Surabaya, Kompleks Balai Pemuda Surabaya, Jumat (25/11/2022). Dalam kesempataan tersebut, BPBD Jatim mendatangkan mantan Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jawa Timur, Budi Santoso, sebagai pembicara.
Budi mengatakan bahwa aksi pencegahan dari masyarakat sangat penting, dengan demikian dapat melakukan pencegahan. Dia juga menandaskan bahwa masyarakat harus diberdayakan atau dibekali dengan kemandirian menghadapi ancaman gempa.
“Empowering atau pemberdayaan masyarakat menghadapi ancaman bencana itu, pertama masyarakat melakukan local risk atau inventaris daerah-daerah mana saja yang berpotensi bencana," apar Budi Santoso.
Budi melanjutkan, untuk yang selanjutnya adalah local otority, di mana masyarakat menciptakan ketokohan dari masyarakat itu sendiri, seperti ulama atau tokoh nasionalis. Lalu local strategy, masyarakat menyusun strategi bagaimana menghadapi ancaman bencana itu sendiri.
Budi menekankan, membangun kemandirian masyarakat ini penting karena hampir setiap wilayah memiliki potensi bencana. “Bencana itu bisa banjir, kebakaran, hingga gunung berapi, tanah longsor, dan sesar. Bahkan untuk Surabaya ini juga ada potensi itu, seperti banjir, kebakaran juga sesar,” ucapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa sesar yang perlu diwaspadai di wilayah Surabaya dan sekitarnya adalah sesar Waru. Budi berharap masyarakat tidak panik, namun segera melakukan langkah – langkah pencegahan itu, serta meningkatkan kewaspadaan.
“Langkah strategi menanggulangi bencana itu harus lahir dari masyarakat itu sendiri, agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Jika dalam prosesnya, masyarakat membutuhkan dana, bisa menganggarkan pada anggaran dana desa, inilah yang disebut masyarakat membangun Indonesia,” tutur Budi Santoso yang kini menjabat sebagai Bakorwil III Malang.
Hal senada pun disampaikan salah satu pemateri dalam kegiatan sosialisasi tersebut, Luhur Kayungga, Sekjen Dewan Kesenian Surabaya (DKS). Ia menyampaikan, pentingnya seseorang untuk menjalin harmonisasi dengan alam seperti yang terjadi di masa lalu.
“Orang menjaga betul hubungan yang harmonis dengan Tuhan, alam dan antar manusia, sehingga mereka juga dapat melakukan antisipasi terhadap bencana yang terjadi di daerahnya. Ini yang terjadi di masa lalu. Ini adalah kesadaran untuk menjaga lingkungan,” tuturnya.
Luhur mencontohkan, masyarakat jaman dulu yang menjaga sebuah pohon besar dengan anggapan ada penunggunya, membuat mereka tidak sembarangan memperlakukan lingkungannya.
“Mereka juga bisa menandai bahaya - bahaya dengan memukul kentongan, misalnya. Komunikasi semacam ini ada di masyarakat masa lalu, sementara untuk masyarakat masa kini, harusnya juga melakukan pola komunikasi semacam itu," katanya.
"Jadi penanggulangan bencana ini bukan hanya soal menghadapi bencana, namun juga bagaimana masyarakat membangun solidaritas, kepedulian atau empati terhadap korban bencana. Hal ini juga perlu untuk dibangun di sebuah masyarakat,” pungkasnya. (*)
Repoter : Endang Pergiwati | Editor : Lutfiyu Handi