
JAKARTA (Lenteratoday) – Bersamaan saat Elon Musk mengesahkan pembelian Twitter, Jack Dorsey, pendiri dan mantan CEO Twitter, merilis versi beta untuk media social terbaru Bluesky Social.
Dikutip dari Business Insider, Bluesky Social yang berbasis blockchain itu mengumumkan peluncurannya dan meminta para pengguna untuk menjalani tahap pengujian beta, Selasa (25/10).
Perwakilan perusahaan mengungkapkan dalam dua hari pihaknya sudah menggaet 30 ribu pendaftar. Pengguna masih dapat mendaftar untuk bergabung dengan aplikasi untuk menjadi pengguna beta sebelum platform tersedia untuk umum.
Dorsey sendiri mendirikan Twitter pada 2006 dan menjabat sebagai CEO pada 2015 hingga November 2021 sebelum dia mengundurkan diri tahun ini. Parag Agrawal, yang saat itu menjabat sebagai Chief Technology Officer (CTO) perusahaan, menggantikannya.
Elon Musk kemudian masuk mengambil alih Twitter senilai US 44 miliar (Rp689,7 triliun) pada Kamis (27/10) malam waktu AS. Tak lama, Musk memecat Agrawal, Kepala Keuangan Twitter Ned Segal; kepala divisi hukum Vijaya Gadde; dan penasihat umum Sean Edgett.
Pemecatan itu, menurut The Information, dilakukan demi menghindari keharusan membayar pesangon dan hadiah saham yang tidak diberikan.
Apa itu Bluesky Social?
Bluesky punya rekam jejak panjang yang terkait erat Twitter. Saat Dorsey masih menjabat CEO Twitter, ia mendirikan Bluesky sebagai inisiatif nirlaba pada 2019.
"Ini akan memungkinkan Twitter untuk mengakses dan berkontribusi pada kumpulan percakapan publik yang jauh lebih besar, memfokuskan upaya kami untuk membangun algoritma rekomendasi terbuka yang mempromosikan percakapan yang sehat, dan akan memaksa kami untuk menjadi jauh lebih inovatif daripada di masa lalu," katanya saat itu.
Dorsey menilai Twitter harus memiliki "protokol open-source" yang mirip dengan aplikasi pesan terenkripsi Signal, sambil menambahkan bahwa Twitter "tidak dapat memiliki model iklan."
Bluesky sendiri dimiliki oleh tim pengembang itu sendiri, tanpa saham pengendali yang dipegang oleh Twitter. Yayasan pengembangan mengatakan bahwa mereka dan Twitter telah menyadari bahwa kemandirian penting untuk keberhasilan proyek.
Dalam pesan teks pribadinya dengan Musk yang terungkap dalam proses gugatan Twitter, Dorsey berkata, "Dibutuhkan platform baru. Itu tidak bisa menjadi perusahaan. Itu sebabnya saya pergi."
Saat Dorsey keluar dari Twitter, proyek ini terus dikembangkan.
Situs web Bluesky mengaku bermaksud mendukung "fondasi baru untuk jejaring sosial yang memberikan kebebasan kepada pencipta platform, pengembang kebebasan untuk membangun, dan pengguna pilihan dalam pengalaman mereka."
Menurut Yahoo Finance, Bluesky bakal menjadi jaringan media sosial yang terpisah dengan sistem kurasi dan moderasi sendiri tapi tetap berinteraksi satu sama lain.
Bluesky digadang-gadang sebagai solusi atas kegagalan Twitter. Jack Dorsey memperkenalkan proyek tersebut di utas Twitter yang membenarkan larangan terhadap akun mantan Presiden AS Donald Trump di platform tersebut.
"Kami mencoba melakukan bagian kami dengan mendanai inisiatif di sekitar standar desentralisasi terbuka untuk media sosial. Tujuan kami adalah menjadi klien dengan standar itu untuk lapisan percakapan publik di internet. Kami menyebutnya Bluesky," kicau Dorsey.
Yang terpenting, kata dia, data pengguna akan bebas dari pengaruh pemerintah dan kendali atau pun komersialisasi pemilik aplikasi. Pengguna disebut memiliki kendali atas datanya sendiri.
Dikutip dari Gizmodo, salah satu nilai jual utama Bluesky adalah bahwa teknologinya, yang disebut "AT Protocol", akan memberi para pengguna kendali atas algoritma mereka.
Kode aplikasi akan memungkinkan data akun pengguna dipindahkan dari platform ke platform. Pengguna Bluesky akan dapat menggunakan akun mereka untuk masuk ke akun media sosial apa pun yang mengadopsi kode baru. Intinya, satu akun akan memberi akses ke semua media sosial.
Pada 2021, Dorsey mengatakan bahwa blockchain adalah cara jaringan sosial yang terdesentralisasi dapat menerapkan "hosting, tata kelola, dan bahkan monetisasi yang terbuka dan tahan lama".
"Saya yakin dengan keputusan kami untuk tidak menempatkan konten media sosial di blockchain," kicau CEO Bluesky Jay Graber.
Bisa jadi pesaing Twitter?
Dorsey mengatakan Bluesky Social akan menjadi "pesaing bagi perusahaan mana pun yang mencoba memiliki dasar-dasar yang mendasari media sosial atau data orang-orang yang menggunakannya".
Ia juga mengatakan Twitter juga dapat menggunakan struktur dasar dari protokol yang sedang dirancang. "Tujuannya adalah agar Twitter pada akhirnya menjadi klien dengan standar ini," ucapnya.
Terlepas dari ini, aplikasi baru tersebut diprediksi dapat mengganggu pemain global ekonomi data bernilai multi-triliun dolar.
Pada 2017 Forum Ekonomi Dunia (WEF) menilai nilai ekonomi data global mencapai US$3 triliun (Rp47.021,7 triliun). Laporan Universitas Cambridge pada Juli 2022 menemukan bahwa perusahaan berbasis data di AS bernilai lebih dari US$5 triliun (Rp78.369,5 triliun).
Menurut WEF, 2,5 triliun bit data dihasilkan setiap hari. Itu mencakup 90 persen dari total data yang pernah dihasilkan dibuat dalam dua tahun terakhir.
Meskipun data tidak memiliki nilai tertentu yang melekat, penggunaannya luas, mulai dari iklan bertarget, hingga manufaktur dan inovasi yang disediakan oleh Internet of Things (IoT) hingga pertanian.
Banyak perusahaan kini menjadikan pertukaran data sebagai sumber atau objek utama bisnis mereka. Dengan konsep desentralisasinya ini, Bluesky diprediksi bisa berdampak besar pada ekonomi data pribadi dunia itu.
Bluesky sejauh ini belum menanggapi permintaan komentar Yahoo Finance UK.
Sumber : CNN | Editor : Endang Pergiwati