21 April 2025

Get In Touch

Beberkan Sejarah Hari Santri, Sekjen PDIP: Hasil Kolaborasi Kaum Santri dan Nasionalis

Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.

JAKARTA (Lenteratoday)-Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengungkapkan, penetapan Hari Santri Nasional yang diperingati setiap 22 Oktober secara nasional adalah hasil kolaborasi dan perjuangan kaum santri dan non-santri yang peduli pada persatuan nasional. Tokoh di balik lahirnya Hari Santri adalah pimpinan pesantren KH Thoriq bin Ziyad dan Dr. Ahmad Basarah, yang kini menjabat Ketua Fraksi PDI Perjuangan.

‘’Secara resmi, peringatan Hari Santri Nasional muncul karena Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri yang diteken pada tanggal 15 Oktober 2015. Tapi, jauh di balik itu, ada sejarah perjuangan kelompok non-santri yang perlu terus diungkap,’’ kata Hasto dalam pernyataannya memperingati Hari Santri Nasional, Sabtu (22/10/2022).

“Hari Santri mengingatkan peristiwa heroik atas dikeluarkannya Resolusi Jhad oleh KH Asyim Asya’ri beserta para Ulama NU pada tanggal 22 Oktober 1945. Hebatnya, resolusi itu tidak hanya mengobarkan semangat perlawanan Arek-arek Suroboyo di dalam menghadapi Sekutu yang diboncengi NICA, namun juga menggelorakan semangat hubbul wathon minal iman yang artinya bahwa cinta tanah air itu adalah sebagian dari iman,” ujar Hasto.

Resolusi Jihad itu ikut mendorong Muhammad Ali Jinnah yang dikenal sebagai pemimpin besar dan Bapak Bangsa Pakistan untuk melakukan hal yang sama. “Muhammad Ali Jinnah lah yang menyerukan agar tentara Sekutu yang beragama Muslim membelot dan mendukung perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sejarah mencatat bagaimana 600 tentara kemudian membelot, dan banyak yang gugur hingga yang selamat tinggal 100 orang. Atas jasanya tersebut, Bung Karno memutuskan membela Pakistan ketika berhadapan dengan India dengan mengirimkan angkatan perang Indonesia ke Pakistan. Kepeloporan Bung Karno di dalam memerdekakan bangsa-bangsa Asia Afrika, yang sebagian besar diantaranya adalah bangsa-bangsa Islam mendorong pemberian gelar Bung Karno sebagai pendekar dan pahlawan kemerdekaan bangsa-bangsa Islam," ucap Hasto.

PDI Perjuangan dengan semangat Jas Merahnya bergerak sejak hulu membangun kesadaran pentingnya penetapan hari Santri itu. “Adalah Ibu Mega yang saat itu menugaskan Pak Achmad Basarah ke Malang untuk menindaklanjuti gagasan dari KH Thoriq Bin Ziyad, yang pernah menjabat sebagai Ketua Bamusi PDI Perjuangan di Kabupaten Malang. Gagasan itu akhirnya dipadukan bahwa penetapan Hari Santri dan Hari Lahir Pancasila merupakan satu nafas perjuangan guna memperkuat fondamen kebangsaan Indonesia pada sejarah yang benar," kata Hasto.

Ketika Hari Santri ditetapkan menjadi janji kampanye Jokowi-JK, munculah penolakan yang dilakukan oleh Parpol tertentu dan berimbas pada pernyataan yang merendahkan martabat Santri. “Dampaknya terjadi gerakan militansi santri di seluruh Indonesia untuk mendukung Pak Jokowi-JK guna melawan berbagai gerakan yang menolak penetapan Hari Santri. Alhasil sejarah Pemilu mencatat, bahwa pencanangan Hari Santri selain menggelorakan kembali semangat Hubul Wathon Minal Iman, juga menjadi salah satu momentum yang memastikan kemenangan pada Jokowi-JK dalam Pilpres 2014," ujar Hasto, sambil menegaskan bagaimana perjuangan penetapan Hari Santri dan Hari Lahir Pancasila sebagai wujud persaudaraan sejati antara PDI Perjuangan dan NU, dan NU dengan PDI Perjuangan.(*)

Reporter: hiski,rls | Editor:widyawati

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.