20 April 2025

Get In Touch

Inflasi Kota Kediri 1,36 Persen, Ini Tindakannya

Data inflasi Kota kediri September 2022 berdasar kelompok pengeluaran.
Data inflasi Kota kediri September 2022 berdasar kelompok pengeluaran.

KEDIRI (Lenteratoday) - Hadapi dampak penyesuaian bahan bakar minyak (BBM) Pemkot Kediri-Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) telah menyiapkan strategi mengendalikan angka inflasi Kota Kediri pada September 2022.

Sebelumnya, Lilik Wibawati, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri memaparkan tingkat inflasi Kota Kediri September 2022 sebesar 1,36 persen. Angka tersebut diketahui masih berada di bawah inflasi Jawa Timur yakni sebesar 1,41 persen.

Disebutkan, terdapat 10 komoditas utama penyumbang inflasi, antara lain: bensin menyumbang inflasi 1,255 persen; upah asisten rumah tangga 0,104 persen; beras sebesar 0,085 persen; cabai rawit sebesar 0,031 persen; angkutan antarkota sebesar 0,031 persen; solar sebesar 0,030 persen; kontrak rumah sebesar 0,022 persen; bahan bakar rumah tangga sebesar 0,012 persen; tarif kereta api sebesar 0,011 persen; dan tahu mentah juga menyumbang inflasi sebesar 0,008 persen.

Di samping itu, terdapat pula 10 komoditas yang menghambat inflasi, antara lain: emas perhiasan menyumbang deflasi sebesar -0,072 persen; cabai merah sebesar -0,048 persen; daging ayam ras sebesar -0,047 persen; tomat sebesar -0,023 persen; bawang merah sebesar -0,047 persen; kubis sebesar -0,012 persen; terong sebesar -0,012 persen; telur ayam ras sebesar -0,008 persen; bawang putih sebesar -0,006 persen; serta jagung manis juga menyumbang deflasi sebesar -0,004 persen.

“TPID sudah menyiapkan upaya-upaya mengendalikan harga-harga di pasaran, antara lain melalui kegiatan operasi pasar seperti yang telah dilakukan seminggu lalu, Pemkot Kediri telah menggelontorkan beras sebanyak 12 ton. Selain beras juga telah pernah menyediakan 1,2 ton telur. Itu merupakan bentuk intervensi Pemkot Kediri kepada komoditas tertentu,” jelas Lilik, Senin (4/10/2022).

Di samping mengadakan operasi pasar, TPID Kota Kediri juga semakin menguatkan sinergitas dalam upaya pengendalian inflasi.Lilik mengimbau terdapat beberapa hal yang patut diwaspadai pada Bulan Oktober 2022 mendatang, yakni terkait kenaikan harga komoditas yang belum tercacat pada pengamatan September 2022, antara lain: 1) kelompok transportasi; 2) kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga; dan 3) kelompok perawatan pribadi dan jasa lain.

“Dampak perubahan musim kemarau menuju musim penghujan juga patut diwaspadai berkaitan dengan persediaan bahan makanan,” tutupnya.

Sementara, Chevy Ning Suyudi, Kepala Bappeda Kota Kediri selaku Koordinator TPID Kota Kediri menjelaskan penyesuaian harga BBM akan berimbas pada beberapa sektor. “Karena kita ini wilayah perkotaan akan terdampak pada angkutan atau transportasi antarkota, akhirnya memicu kenaikan yang terjadi pada sektor jasa,” terangnya.

Sebelumnya TPID Kota Kediri juga telah merapatkan terkait antisipasi kenaikan harga komoditas akibat kebijakan penyesuaian harga BBM. Menurut Chevy pihaknya telah memprediksi inflasi di Kota Kediri. Lebih dari itu TPID Kota Kediri telah menyiapkan berbagai strategi pengendalian harga komoditas melalui kegiatan operasi pasar terkait penyediaan bahan pokok beras.

“Yang paling bisa kita intevensi melalui operasi pasar, tapi kita juga tidak bisa membendung pertumbuhan ekonomi. Karena kota jasa dan perdagangan mau tidak mau pertumbuhan ekonomi harus meningkat sehingga akan berefek pada inflasi,” jelasnya.

Menurutnya dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi akan memicu kenaikan harga-harga barang sehingga berdampak terhadap inflasi. Akan tetapi apabila masih dalam range 3 plus/minus 1 maka dikategorikan dalam taraf wajar.

“Kita tetap fokuskan pada pertumbuhan ekonomi. Target kita di 2022 tumbuh 5-7%,” ucapnya. Guna meringankan beban masyarakat akibat kenaikan harga, Pemkot Kediri telah menciptakan beragam program jitu, antara lain: program perlindungan sosial, penciptaan wirausaha baru, serta pemberian modal usaha.

“Kita sudah menekan angka inflasi tidak sampai lebih dari 2 persen supaya ada ruang agar pertumbuhan ekonomi meningkat signifikan,” tutupnya. (*)

Reporter: Gatot Sunarko | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.