10 April 2025

Get In Touch

UB Turut Berperan Dalam Pendampingan Perbaikan Gizi Masyarakat

Prof. Widodo, selaku Rektor UB dan Kepala BKKBN (2 di tengah) dalam acara The 2nd South East Asia Biennial Conference on Population and Health Related to Stunting (SEAA) 2022
Prof. Widodo, selaku Rektor UB dan Kepala BKKBN (2 di tengah) dalam acara The 2nd South East Asia Biennial Conference on Population and Health Related to Stunting (SEAA) 2022

MALANG (Lenteratoday) – Universitas Brawijaya (UB) turut berperan dalam pendampingan masyarakat untuk mengurangi kasus gizi buruk. Hal tersebut disampaikan oleh Rektor UB, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D, Sc pada agenda The 2nd South East Asia Biennial Conference on Population and Health Related to Stunting (SEAA) 2022, yang bertempat di Gedung Samantha Krida, Universitas Brawijaya.

“Dalam setiap kegiatan Tri Dharma Universitas yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, UB telah melakukan pendampingan masyarakat terkait stunting dengan melibatkan lebih dari 800 mahasiswa dan dosen di sekitar malang raya dalam kegiatan KKN Tematik di Tahun 2022,” ujar Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D, Sc pada saat membuka acara The 2nd South East Asia Biennial Conference on Population and Health Related to Stunting (SEAA) 2022 di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya, Malang, Selasa (4/10/2022).

Selain masalah stunting, dikatakan oleh Prof. Widodo, UB juga mempersiapkan permasalahan yang akan muncul saat aging population terjadi. Yakni saat dimana berbagai penelitian telah dilakukan untuk mempersiapkan dan mencari alternatif nutrisi serta pangan. Harapannya, agar dapat mengurangi berbagai masalah yang menyertai penuaan.

Sementara itu, Kepala BKKBN, Dr. (HC), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), mengungkapkan saat ini angka stunting di Indonesia telah mengalami penurunan dibandingkan tahun kemarin.

“Berdasarkan data SSGI 2021, angka stunting di Indonesia sebesar 24,4 persen sedangkan di Jawa Timur sebesar 23,5 persen. Indonesia juga akan segera dihadapkan pada aging population pada tahun 2035, dimana Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56 %) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9.7%) pada tahun 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48.2 juta jiwa (15,77%),” papar Dr. (HC), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), selaku Kepala BKKBN.

Lebih lanjut, dr. Hasto menerangkan apabila terjadi aging population maka dibutuhkan Sumber Daya Manusia usia produktif yang berkualitas karena terjadinya dependensi rasio yang sangat tinggi. Sehingga masyarakat usia produktif, lanjutnya, harus menanggung biaya SDM yang tidak produktif yaitu lansia dan anak usia dibawah 14 tahun. Dimana kedua unsur SDM ini tidak produktif tetapi membutuhkan biaya yang cukup besar.

Oleh karena itu, sambung dr. Hasto, sangat penting bagi Indonesia untuk menurunkan angka stunting bahkan zero stunting untuk menyambut era aging population tersebut.

Saat ini, BKKBN juga telah mempersiapkan program pemberdayaan ekonomi usia non produktif perempuan, dimana angka lansia perempuan akan lebih besar dibanding lansia pria.

Terpisah, YBrs. Encik Abdul Shukur bin Abdullah, Head Director of Lembaga Penduduk dan Pembangunan Keluarga Nasional (LPPKN) Malaysia, mengatakan tidak hanya di Indonesia, masalah stunting juga menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Malaysia. Sebab berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Malaysia menunjukkan saat ini angka stunting di Malaysia masih di angka 21%.

"Selain Stunting, Malaysia juga menghadapi aging population pada tahun 2039 atau 5 tahun lebih awal dibandingkan dengan Indonesia. Sedang untuk TFR Malaysia masih di angka 1.7 dengan target tahun 2022 ini di angka 1.5," tandasnya.

Reporter: Santi Wahyu, rls | Editor : Endang Pergiwati

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.