
JAKARTA (Lenteratoday) -Keluarga asal Kanada melakukan tur keliling dunia sebelum anak-anak mereka mengalami kebutaan akibat penyakit genetik yang langka.
Keluarga yang terdiri dari enam orang itu sedang melakukan perjalanan selama setahun keliling dunia sebelum putri dan putra mereka yang berusia 12, 7, dan 5 tahun, kehilangan penglihatan mereka.
Mia Lemay-Pelletier didiagnosis menderita retinis pigmentosa setelah dia mulai berjuang untuk melihat di malam hari pada tahun 2018. Kondisi itu bisa membuatnya buta di usia 30-an.
Setahun kemudian, saudara laki-lakinya Colin dan Laurent didiagnosis dengan penyakit yang sama.
Retinis pigmentosa adalah kondisi genetik langka di mana sel-sel di retina mulai rusak. Dalam beberapa kasus, pasien menjadi buta pada usia 30-an. Sayangnya, sejauh ini tidak ada pengobatan untuk penyakit tersebut.
Ibu Mia yakni Edith Lemay, mengatakan bahwa diagnosis putranya adalah momen katalis untuk perjalanan dunia.
Mereka ingin mengisi otak anak-anak dengan ingatan visual sebelum penglihatan mereka memburuk. Keputusan itu dibuat juga atas saran dari dokter spesialis mereka.
"Saya pikir, 'Saya tidak akan menunjukkan (Mia) seekor gajah dalam sebuah buku, saya akan membawanya untuk melihat gajah yang sebenarnya'. Dan saya akan mengisi memori visualnya dengan yang terbaik, paling cantik, gambar yang saya dapat," katanya.
Mereka telah merencanakan untuk memulainya dari Rusia dan China pada Juli 2020 lalu, namun pandemi membuat mereka menunda rencana tersebut.
Pada Juli 2021, mereka melakukan perjalanan keliling Kanada timur. Mereka akhirnya berangkat pada bulan Maret tahun ini, tanpa rencana perjalanan yang ditetapkan.
Sejauh ini, mereka telah mengunjungi Namibia, Zambia, Tanzania, Turki, Mongolia dan Indonesia. Mereka tidak berencana untuk pulang ke Quebec setidaknya selama enam bulan ke depan.
Mia Lemay-Pelletier telah mengetahui tentang kondisinya sejak berusia tujuh tahun, sedangkan saudaranya Colin dan Laurent baru mengetahuinya baru-baru ini.
Edith menjelaskan bagaimana anak-anaknya mempertanyakan kenapa mereka bisa buta.
"Anak saya bertanya kepada saya, 'Bu, apa artinya buta? Apakah saya akan mengendarai mobil?' Dia masih berusia lima tahun. Tapi perlahan, dia memahami apa yang terjadi. Itu adalah percakapan yang normal baginya, tetapi bagi saya, itu menyayat hati," katanya.
Lewat perjalanan keliling dunia ini, ia ingin anak-anaknya memiliki pengalaman dengan melihat dunia dan budaya luar.
"Ada banyak hal hebat yang bisa dilakukan di rumah, tapi tidak ada yang lebih baik daripada bepergian. Tidak hanya pemandangannya, tetapi juga budaya dan orangnya yang berbeda," katanya.
Keluarga tersebut juga membagikan perjalanan keliling dunia mereka melalui Instagram di @pleinleursyeux (*)
Editor: Arifin BH, dari berbagai sumber