
MALANG (Lenteratoday) – Tanamkan nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan Nahdlatul Ulama, Rektor Universitas Islam Malang (Unisma), Prof. Dr. H. Maskuri Bakri, M.Si., menegaskan prinsip ahli sunnah wal jamaah menjadi spirit utama warga kampus Universitas Islam Malang.
Penekanan tersebut ia sampaikan saat mengisi sambutan dalam acara orasi kebangsaan dan talk show bersama Gus Miftah Maulana Habiburrohman, yang bertempat di gedung Al-Asy’ari, Kamis (15/9/2022). Di kesempatan tersebut, Prof. Maskuri juga menyebutkan beberapa prestasi yang didapatkan oleh Unisma pada 2 tahun terkahir, yang menunjukkan eksistensinya sebagai kampus Nahdlatul Ulama.
“Kita membekali mahasiswa baru dengan masalah keagamaan, supaya bagaimana dia bisa mendudukkan agama dengan benar dan ramah sekaligus menjadikan agama sebagai salah satu sumber di dalam pengembangan akhlak yang luhur baik secara individu dan sosial, sembari mereka mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terintegrasi dengan agama. Semoga Unisma menjadi kampus kebanggaan para dosen dan mahasiswanya, terlebih menjadi kebanggaan bangsa,” ujar Prof. Dr. H. Maskuri Bakri, selaku Rektor Unisma, Kamis (15/9/2022).
Kemudian, dalam agenda orasi kebangsaan tersebut, Gus Miftah menyampaikan pentingnya moderasi beragama di kampus dan sekolah, sebab Jawa Timur mempunyai potensi generasi baru yang cenderung radikal. Ia berharap agar Unisma tidak termasuk dalam paham radikalisme.
“NU ini mempunyai misi untuk menggaungkan moderasi beragama di perguruan tinggi dan sekolah, dan yang menjadi perhatian adalah di Provinsi Jawa Timur, sebab berangkat dari sebuah survey bahwa 37 persen mahasiswa dan pelajar di Jawa Timur terpapar radikalisme. Maka saya berharap Unisma menjadi kampus yang moderat,” ungkap Gus Miftah ketika memberikan orasi kebangsaan, Kamis (15/9/2022).
Lebih lanjut, Gus Miftah menunjukkan contoh isu yang dialami oleh bangsa Indonesia saat ini seperti penjajahan ekonomi, budaya, dan ideologi, dimana dalam penanganannya sangat membutuhkan peran serta dari para pemuda NU termasuk mahasiswa baru Unisma nantinya.
“Kita hari ini tidak dijajah dengan militer, tapi dijajah secara budaya, ekonomi, dan ideologi. Budaya ini terlihat jauh dari jangkauan kita, tidak menjadi sesuatu yang setiap hari kita pikirkan. Tapi kita marah saat Malaysia mengklaim batik, dan reog. Inilah pentingnya kita harus benar-benar menjaga budaya nusantara,” jelasnya dengan tegas.
Penjajahan ideologi juga dinilainya menjadi sangat penting, dimana pada akhir-akhir ini banyak potensi terpecah belahnya bangsa sebab adanya oengaruh radikalisme baik dari luar maupun dari dalam diri NKRI sendiri. Maka ia berpesan bahwa harus seimbang antara misi keagamaan dan kebangsaan.
“Yang harus kita pahami, pemicu besarnya radikalisme adalah kebencian yang berlebih kepada pemimpin dan saya harap ini tidak terjadi di Unisma karena Unisma merupakan kamlus Nahdlatul Ulama. Artinya dalam misi besar NU harus menyeimbangkan misi keagamaan dan kebangsaan,” imbuhnya.
Dikatakannya, misi keagamaan adalah misi untuk menjaga dan mengamalkan keberlangsungan aqidah ahli sunnah wal jamaah. Sedangkan misi kebangsaan adalah menjaga keberlangsungan kedaulatan Indonesia dengan mengedepankan pancasila, bhineka tunggal ika, NKRI, dan UUD 1945.
Terakhir, disinggung mengenai bagaimana agar pemuda khususnya mahasiswa baru Unisma dapat berproses selama menuntut ilmu di Unisma, serta menyeimbangkan 2 hal yakni keagamaan dan kebangsaan. Gus Miftah menyebut satu kata, yakni istiqomah.
“Kuncinya satu. Istiqomah. Ini pasti berat, maka untuk para maba saya harap agar menjalani semuanya dengan ikhlas, istikharah, dan banyak bermusyawarah dengan yang ahli. Untuk berproses, kalian bisa mengamati, meniru, dan menambahi. Orang yang niat belajar, dimanapun dirinya akan mendapatkan pelajaran, artinya adalah bukan dimana anda kuliah tetapi bagaimana anda kuliah,” tandasnya.
Reporter: Santi Wahyu | Editor : Endang Pergiwti