
KIEV (Lenteratoday)- Otoritas Ukraina memperingatkan ada risiko kebocoran radioaktif di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia, yang merupakan pembangkit nuklir terbesar di kawasan Eropa. Ukraina menyebut pasukan Rusia terus menggempur area dekat kompleks PLTN itu.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (27/8/2022), peringatan soal kebocoran radioaktif itu disampaikan oleh operator energi negara Ukraina, Enervator, dalam pernyataan terbaru via Telegram.Disebutkan Enervator bahwa pasukan Moskow telah 'berulang kali menggempur' lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir yang ada di wilayah Ukraina bagian selatan itu dalam sehari terakhir.
"Akibat gempuran berkala, infrastruktur pembangkit listrik itu mengalami kerusakan, ada risiko kebocoran hidrogen dan percikan zat radioaktif, dan bahaya kebakaran sangat tinggi," sebut Enervator dalam peringatannya.
Lebih lanjut, Enervator menyebut hingga Sabtu (27/8/2022) siang waktu setempat, PLTN Zaporizhzhia 'beroperasi dengan risiko melanggar standar radiasi dan keselamatan kebakaran'.PLTN Zaporizhzhia berhasil direbut dan dikuasai pasukan Rusia sejak Maret lalu, tak lama usai Moskow melancarkan invasi militer ke Ukraina.Beberapa waktu terakhir, area-area dekat PLTN itu dilanda serangan yang membuat Ukraina dan Rusia saling tuding.
Putin Tambah Tentara
Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan militer Rusia untuk menambah jumlah personelnya di tengah operasi militer yang tengah berlangsung di Ukraina. Perintah Putin menginstruksikan penambahan sebanyak 137.000 tentara, sehingga totalnya saat ini akan menjadi 1,15 juta tentara Rusia.
Seperti dilansir Associated Press, Sabtu (27/8/2022), perintah untuk menambah jumlah tentara Rusia itu diberikan Putin lewat sebuah dekrit yang diumumkan pada Kamis (25/8/2022) waktu setempat dan akan berlaku efektif pada 1 Januari.
Tidak dijelaskan secara spesifik apakah penambahan tentara Rusia akan dilakukan dengan merekrut lebih banyak tentara wajib militer atau menambah jumlah tentara sukarelawan atau kombinasi keduanya. Namun sejumlah pengamat militer Rusia memperkirakan militer Moskow akan sangat bergantung pada sukarelawan.
Dekrit Putin itu juga berarti menambah jumlah keseluruhan personel militer Rusia menjadi 2.039.758 personel, yang mencakup 1.150.628 tentara aktif.Perintah Putin sebelumnya menempatkan jumlah personel militer Rusia total sebesar 1.902.758 personel, mencakup 1.013.628 tentara pada awal tahun 2018.
Kremlin sebelumnya menyatakan bahwa hanya tentara kontrak sukarelawan yang dikerahkan dalam 'operasi militer khusus' di Ukraina, yang sekaligus membantah tuduhan Moskow mengerahkan mobilisasi militer.
Media-media Rusia dan organisasi non-pemerintah menyebut Rusia berusaha meningkatkan jumlah tentaranya dalam operasi militer di Ukraina dengan merekrut lebih banyak tentara sukarelawan, melibatkan kontraktor militer swasta dan bahkan menawarkan amnesti untuk para narapidana dengan imbalan tugas militer.Otoritas-otoritas regional juga berupaya meningkatkan jumlah pasukan, dengan membentuk batalion sukarelawan untuk dikerahkan ke Ukraina. (*)
Sumber:afp,ap,ist | Editor:widyawati