
RIYADH (Lenteratoday) -Pemerintah Arab Saudi mengatakan akan membuka akses udaranya lebih lebar bagi semua penerbangan internasional, termasuk oleh maskapai Israel.
Menurut laporan keputusan ini diambil Badan Penerbangan Sipil Arab Saudi (GACA) pada 14 Juli. Keputusan tersebut diambil bertepatan dengan kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ke Israel, Palestina, dan Arab Saudi.
Biden sendiri menyanjung keputusan Riyadh itu dan menyebutnya penting untuk stabilitas kawasan Timur Tengah.
Sebelum kebijakan ini, pesawat sipil dari Tel Aviv ke Asia mesti mengitari Semenanjung Arab lebih dulu. Pasalnya, Arab Saudi tidak mengakui kedaulatan Israel.
GACA menyebut semua pesawat sipil yang memenuhi persyaratan akan dibolehkan melintasi Arab Saudi, menepati konvensi internasional yang menyatakan bahwa tidak boleh ada diskriminasi dalam penerbangan sipil.
Kebijakan tersebut dilakukan dengan alasan konvensi internasional yang mengatakan tidak boleh ada diskriminasi atar pesawat sipil.
"Keputusan itu akan melengkapi upaya yang bertujuan untuk mengkonsolidasikan posisi kerajaan sebagai pusat global yang menghubungkan tiga benua dan meningkatkan konektivitas udara internasional”, kata GACA seperti dikutip dari laman Aljazeera.
Kebijakan yang diambil Ryadh itu memungkinkan adanya rute penerbangan pendek dari Asia ke Israel tanpa harus memutar melalui jalur lain dari Saudi menuju Israel.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden yang terbang dari Israel ke Saudi pada Jumat kemarin menyambut baik langkah Arab Saudi itu.
"Keputusan ini membuka jalan bagi kawasan Timur Tengah yang lebih terintegrasi, stabil, dan aman, yang sangat penting bagi keamanan dan kemakmuran Amerika Serikat dan rakyat Amerika, serta untuk keamanan dan kemakmuran Israel," kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan.
Seperti diketahui, Saudi dan Israel saat ini belum menjalin hubungan bilateral secara resmi terkait konflik negara Zionis itu dengan Palestina sejak awal lahirnya negara Israel di kawasan tersebut.
Saudi seolah malu-malu kucing untuk menjalin hubungan dengan Israel, terlihat dari sekian banyak kerjasama yang terjalin di belakang layar, seperti di bidang itelejen dan keamanan.
Saudi yang menjadi negara dengan kekuatan dominan di kawasan itu awalnya menolak keras pembentukan negara Israel dengan tetap mendukung perjuangan Palestina, namun akhir-akhir ini Ryadh mulai mengabaikan isu Palestina dan kian merapat ke Israel.
Sebelumnya, sejumlah pejabat Israel memuji keputusan Arab Saudi untuk membuka wilayah udaranya bagi "semua maskapai", termasuk dari Israel, sebagai sinyal kemajuan dari proses normalisasi hubungan antara kedua negara.
Tepat sebelum kunjungan Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Jumat, Otoritas Umum Penerbangan Sipil Arab Saudi menyebutkan bahwa kerajaan tersebut memutuskan untuk membuka wilayah udaranya "bagi semua operator yang memenuhi persyaratan dari pihak otoritas untuk terbang melintas" tanpa referensi khusus ke Israel.
Selama ini maskapai-maskapai penerbangan Israel dilarang terbang di atas wilayah udara Arab Saudi, yang membuat penerbangan antara Israel dan Asia menjadi lebih lama dan mahal.
"Ini baru langkah pertama. Kami akan terus bekerja dengan kehati-hatian yang diperlukan, demi perekonomian dan keamanan Israel, serta kebaikan warga kami," kata Perdana Menteri sementara Israel Yair Lapid dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya. Lapid menyuarakan apresiasi terhadap keputusan Saudi untuk membuka wilayah udaranya.
Sementara itu, Menteri Pariwisata Israel Yoel Razvozov berterima kasih kepada Arab Saudi "karena memajukan visi baru Timur Tengah", dan ia menilai bahwa keputusan itu akan menurunkan tarif penerbangan ke Asia Timur (*)
Editor: Arifin BH, dari berbagai sumber