17 April 2025

Get In Touch

Pertemuan Berakhir, Tak Ada Kesepakatan dari Para Menkeu & Bank Sentral G20

Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) bersiap saat hari kedua pertemuan 3rd Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20 di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (16/7/2022)
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) bersiap saat hari kedua pertemuan 3rd Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20 di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (16/7/2022)

BALI (Lenteratoday)-Dua hari sudah pertemuan para Menteri Keuangan (Menkeu) dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) G20 di Bali digelar. Pada akhirnya, ada sejumlah komitmen dari para anggota G20 untuk mendukung tujuan Presidensi G20. Namun yang perlu dicatat tak ada kesepakatan atau komunike dalam forum ini.

Adapun diskusi selama dua hari ini menghasilkan 14 paragraf pernyataan bersama antara negara G20. Namun tidak semua poin disepakati.

"Hanya dua paragraf yang tidak sepakati bersama, ini merefleksikan masing-masing negara punya isu dan mereka punya langkah yang belum bisa direkonsiliasi," ujar Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani dalam konferensi pers di Nusa Dua Bali, Sabtu (16/7/2022).

Sri Mulyani mengatakan, selama dua hari ini para delegasi mendiskusikan berbagai isu mulai dari update mengenai risiko dan tantangan ekonomi global. Ia menyebut, saat ini risiko global mengalami peningkatan akibat perang hingga kenaikan harga pangan dan energi.

Dia melanjutkan, tantangan dan risiko pemulihan ekonomi, para negara anggota G20 berkomitmen untuk mencari exit strategy dari dampak pandemi. Selain itu, ketegangan geopolitik dengan adanya perang di Ukraina, kenaikan inflasi global, serta ketahanan energi dan pangan juga menjadi tantangan yang perlu diantisipasi.

"Kondisi ini memicu peningkatan inflasi dan pada akhirnya mengancam ketahanan pangan khususnya kelompok rentan. Oleh karena itu, G20 berkomitmen untuk menggunakan perangkat-perangkat kebijakan yang kita miliki untuk mempertahankan stabilitas jangka panjang," jelasnya.

Kemudian terkait dengan masalah kesehatan global, negara G20 juga telah sepakat untuk membentuk Dana Perantara Keuangan atau Financial Intermediary Fund (FIF) untuk Pembiayaan Kesiapsiagaan, Pencegahan, dan Respons (PPR) Pandemi. Beberapa negara komitmen untuk terlibat pendanaan ini.

"Bank Dunia dalam hal ini lewat pertemuan dewan mereka sepakat melanjutkan untuk menciptakan FIF dan melakukan gugus tugas untuk co-chair bersama Indonesia dan Italia ini akan terus dilanjutkan dan para negara donor kita juga akan bekerja sama dengan Bank Dunia, WHO, dan pemangku kepentingan lain," ujar dia.

Isu lain yang juga menjadi perhatian dalam pertemuan ini adalah keuangan berkelanjutan yang fokus memajukan tiga agenda utama yaitu transisi keuangan untuk ekonomi hijau, meningkatkan keuangan berkelanjutan, dan keterjangkauan instrumen hijau. Kemudian juga terkait masalah pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan.

"Dalam pertemuan FMCBG, dua topik lain yang dibahas yaitu pajak dan pembangunan, serta transparansi pajak. Anggota G20 menegaskan pembangunan teknis, untuk dua pilar (perpajakan internasional) tersebut. Para anggota untuk implementasikan transparansi perpajakan," lanjut dia.

Selain itu, pertemuan G20 kali ini juga membahas masalah ketahanan pangan yang juga merupakan salah satu diskusi yang paling tepat saat ini. Berbagai negara termasuk organisasi internasional berkomitmen membahas penguatan kerja sama global dalam penanganan krisis pangan.

"Di bawah topik ini kita diharapkan untuk memahami perspektif dan mengumpulkan data tentang situasi saat ini untuk mengidentifikasi masalah yang ada. Kita juga perlu mencari solusi untuk mengurangi kekurangan pasar, mendukung perdagangan pertanian dan pasar pupuk," pungkasnya.(*)

Reporter:Hiski,rls | Editor: Widyawati

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.