20 April 2025

Get In Touch

Jika Wabah Covid-19 Sudah Kelar, Mau Liburan ke Mana?

Jika Wabah Covid-19 Sudah Kelar, Mau Liburan ke Mana?

Arifin BH, Pemimpin Redaksi Lentera Today

Sebuah kalimat pertanyaan, disertai gambar meramaikan percakapan WhatsApp Grup Manaya Indonesia.

“Nek ga ono corona, awakmu kepingin nang ndi, Bro? Artinya: Kalau tidak ada virus corona, Anda ingin pergi kemana, Bro?”

Kalimat tersebut disampaikan oleh Direktur PT Manaya Indonesia Tur & Travel, H. Mukharam Khadafi. Manaya Indonesia selama ini melayani kegiatan ibadah haji dan umrah, perjalanan “Jejak Rasul” yang meliputi tiga negara: Mesir, Palestina dan Jordania. Serta wisata ke Turki.

Puluhan kali perjalanan itu dilaksanakan, maka terdapat banyak Grup WA dengan brand ‘Sahabat Manaya’. Ada, ‘Sahabat Haji Khusus Manaya 2018’, ‘Sahabat Haji Khusus Manaya 2019’, ‘Sahabat Umrah Mudik Manaya 1440H’, ‘Sahabat Manaya Xplore Turki’, dan ‘Sahabat Manaya Umrah+AlQuds’.

“Saya mencari tahu apa yang akan dilakukan sahabat-sahabat Manaya sekiranya kegiatan tur dinyatakan terbuka lagi,” tutur Khadafi, ketika dihubungi Lentera Today melalui jejaring telepon, Kamis (9/4/2020).

Menurut pria jebolan IAIN Sunan Ampel Surabaya ini, jamaah yang berada di Grup WA Sahabat Manaya, kebanyakan berkeinginan untuk pergi melaksanakan ibadah Umrah. Dan yang pasti, semuanya menunggu kejelasan penyelenggaraan ibadah Haji 2020 mendatang.

Pada saat pemerintahan Arab Saudi mengumumkan larangan sementara pelaksanaan Umrah pada 27 Februari 2020 lalu, Khadafi dan jemaah Umrah Manaya berada di Madinah. Rombongan ini merasakan saat-saat terakhir pelaksanaan umrah sebelum ditutup total.

Terkait penutupan sementara kegiatan ziarah di Tanah Suci, Khadafi sudah menghubungi semua klien Manaya, baik calon Jemaah Haji maupun calon Jemaah Umrah.

Khadafi juga menjalin kontak dengan pihak terkait, mulai dari Departemen Agama hingga asosiasi penyelenggara haji dan umrah di Indonesia. Sementara itu dengan pihak hotel di Mekkah dan Medinah sejauh ini belum ada transaksi bisnis.

Pariwisata terpukul

Penyebaran virus corona terbilang cukup memukul perekonomian industri pariwisata Indonesia.

Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menuturkan, bahwa dampak sudah terlihat sejak Januari 2020.

"Dari sektor pariwisata, kami hitung paling tidak sudah mengalami kerugian sebesar 1,5 miliar dollar AS," kata Hariyadi dalam acara konferensi pers Membangkitkan Kembali Pariwisata di Tengah Badai Corona, Jakarta, pertengahan Maret lalu.

Dari jumlah kerugian tersebut, Hariyadi memaparkan sebanyak 1,1 miliar dollar AS berasal dari wisatawan asal China.

Pasalnya menurut Hariyadi, Januari dan Februari adalah musim puncak kunjungan (peak season) wisatawan China ke Indonesia.

Jumlah 1,1 miliar dollar AS dijabarkan oleh Hariyadi melalui perhitungan jumlah turis China mencapai 2 juta orang saat peak season.

Kemudian jumlah wisatawan China tersebut dikali rata-rata pengeluaran mereka sebesar 1.200 dollar AS per orang.

"Mulai dari Februari itu sudah tidak ada lagi pesawat dari China, itu sudah separuhnya, jadi asumsinya hiang 1,1 milar dollar AS," jelas Hariyadi.

Sementara kehilangan 400 juta dollar AS, dijabarkan Hariyadi berasal dari wisatawan mancanegara (di luar wisatawan China) dan wisatawan nusantara yang membatalkan perjalanan karena virus corona.

Dari sisi pertumbuhan ekonomi hotel yang ditargetkan 10-12 persen tahun ini, Hariyadi memperkirakan pertumbuhan ekonomi hotel hanya mencapai lima persen saja.

Terpisah, Wakil Ketua Bidang Investasi Pengembangan Usaha dan IT Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Jawa Timur, H. Triandi mengungkapkan, telah terjadi perlambatan ekonomi secara menyeluruh di berbagai sektor usaha.

Sejumlah hotel di beberapa kota di Jawa Timur sudah menutup operasionalnya. Hal itu seiring dengan menurunnya kegiatan tourism ekses dari virus Covid-19.

Menurut data yang disampaikan, 70 persen industri perhotelan di Jawa Timur sudah merumahkan karyawan. Kabar baiknya, pihak hotel sejauh ini belum melakukan rasionalisasi (PHK)

“Operasional hotel di Surabaya dan kota-kota lain kena imbas. Umumnya melakukan upaya berupa perumahan karyawan,” tutur Andi -sapaan akrabnya (*)

Share:
Lentera.co.
Lentera.co.